Membara Semangat Beribadah: Petunjuk Hadis Nabi Saw untuk Kehidupan Penuh Syukur

Termasuk sifat manusiawi adalah memiliki rasa malas, baik untuk hal-hal duniawi maupun ukhrawi. Dalam hal ukhrawi, manusia sering merasa enggan untuk melaksanakan ibadah, menyembah kepada Allah SWT. Padahal, beribadah merupakan tujuan utama manusia diciptakan sebagai seorang hamba. Sifat malas dalam hal ibadah sering kali menjadi ujian bagi manusia untuk menguji ketekunan, kesabaran, dan keteguhan dalam menjalankan ketaatan kepada Allah.

Oleh karena itu, manusia perlu melepaskan diri dari keterpurukan rasa malas tersebut dengan membangkitkan motivasi, meningkatkan kecintaan terhadap ibadah, dan mengingat akan pentingnya memperkokoh hubungan spiritual dengan Sang Pencipta sebagai bentuk pengabdian dan ketaatan.

Read More

sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-Dzariyat (56);

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”

Bahkan, di antara orang-orang yang terlihat rajin menunaikan ibadah, ada yang mengerjakannya hanya sebagai formalitas, yaitu sekadar menggugurkan kewajiban yang diembannya, tanpa adanya makna mendalam, keikhlasan, atau kesadaran spiritual dalam setiap gerak dan amal ibadah yang dilakukan.

Ada yang rutin shalat, tetapi dilaksanakan dengan malas-malasan. Ada yang berpuasa sekadar malu jika hanya dia yang tidak melaksanakannya di antara teman-temannya.

Sifat tercela manusia lainnya adalah kufur nikmat. Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa ketidaktahuan dan kelalaian adalah dua penyebab mengapa seseorang menjadi kufur nikmat. Lebih lanjut beliau menyebutkan bahwa syukur atas nikmat hanya dapat dilakukan setelah seseorang mengetahui akan nikmat yang diberikan.

Ahmad Mustofa Bisri, atau yang lebih akrab dikenal dengan panggilan Gus Mus, juga menerangkan bahwa orang yang bersyukur harus merasa mendapatkan anugerah dari Allah terlebih dahulu. Tanpa merasa demikian, orang tidak akan dapat bersyukur.

Nabi Muhammad Saw, sebagai suri tauladan umat, memberikan tips berharga agar seseorang dapat senantiasa memiliki semangat untuk beribadah dan mudah bersyukur.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi, Rasulullah Saw bersabda:

“Ada dua perkara yang barang siapa memilikinya Allah akan mencatatnya sebagai seorang yang pandai bersyukur dan penyabar… yaitu orang yang melihat (mengukur) perkara agamanya (ibadah) dengan orang yang lebih tinggi darinya lalu dia mengikutinya, dan orang yang melihat (mengukur) perkara dunianya (harta benda) kepada orang yang paling rendah darinya lalu dia memuji Allah atas karunia yang diberikan kepadanya” (HR. Al-Tirmidzi, no. 2512).

Dalam hadits lain Rasulullah Saw bersabda;

إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِي الْمَالِ وَالْخَلْقِ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ مِمَّنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ

“Apabila salah seorang dari kalian memandang kepada seseorang yang dilebihkan atas dirinya dalam hal harta dan penciptaan, hendaklah ia memandang kepada orang yang ada di bawahnya dari orang-orang yang dilebihkan atas dirinya.” (HR. Muslim, no. 2965).

Ibnu Malik dalam Syarh al-Mashaabiih menjelaskan bahwa orang yang memandang kepada mereka yang beribadah dan beramal shaleh lebih banyak dan lebih baik akan merasa terpacu untuk mengikutinya. Orang tersebut senantiasa merasa ibadahnya masih kurang, sehingga selalu berusaha berbuat baik dan memperbaiki diri.

Sedangkan dalam urusan duniawi, seperti harta benda, kesehatan, kecantikan, dan sebagainya, seseorang dianjurkan untuk membandingkan dirinya dengan orang yang berada di bawahnya. Dengan demikian, dia akan bersyukur atas karunia yang telah diberikan oleh Allah kepadanya.

Maka berlaku hal sebaliknya. Ketika seseorang membandingkan harta dan pencapaian duniawinya dengan seseorang yang lebih kaya dan berada, ia akan merasa anugerah yang diberikan kepadanya sangatlah kurang. Lebih jauh, mungkin muncul penyakit-penyakit hati yang merusak, seperti iri dan dengki.

Untuk menghindari penyakit hati yang berkaitan dengan keirian terhadap benda duniawi, Rasulullah Saw menganjurkan umatnya agar memiliki sifat qana’ah (kanaah), yaitu ketika seorang hamba merasa cukup dan rida dengan karunia yang telah diberikan Allah Swt kepadanya.

Rasulullah Saw bersabda;

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ

“Sungguh sangat beruntung orang yang telah memeluk Islam, diberikan rezeki yang cukup, serta merasa cukup terhadap apa yang telah diberikan Allah kepadanya.” (HR. Muslim).

Begitu juga ketika seorang yang telah melaksanakan segala perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya memandang kepada mereka yang ibadahnya lebih sedikit, dia akan cukup dengan ibadah yang telah dilaksanakannya. Ia merasa bahwa dirinya telah lebih baik dibandingkan orang lain. Ia juga merasa ibadahnya telah mencukupi sebagai bekalnya di akhirat kelak. Sehingga, dia tidak berusaha menambah dan memperbaiki amal shalehnya.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir (182) dan Imam al-Baihaki dalam Syu’b al-Iimaan (512), disebutkan bahwa;

“Akan ada penduduk-penduduk surga yang menyesal. Penyesalan mereka disebabkan karena ketika hidup ada waktu luang yang terbuang tanpa menyebut (zikir) nama-Nya”

Rasulullah Saw bersabda;

“Akan ada penduduk surga yang berkata, ‘Seandainya Rabb kami menambahkan (pahala) untuk kami, seandainya Rabb kami memandang kepada kami, seandainya Dia memberikan kehidupan abadi kepada kami, sehingga kami dapat bersyukur kepada-Nya sepanjang waktu.’” (HR. Muslim).

Dengan demikian, mensyukuri nikmat merupakan salah satu kunci terbesar dalam menggapai kebahagiaan dan ketentraman hidup. Sikap syukur akan mudah didapat ketika seorang hamba mengetahui dan menyadari betapa besar karunia yang telah diberikan kepadanya. Dan cara untuk mengetahui besarnya karunia yang ada pada diri seseorang adalah dengan memandang ke bawah, yaitu memandang orang yang harta dan kepemilikan duniawinya lebih sedikit daripada dirinya. Dengan merenungi kondisi orang lain yang kurang beruntung, seseorang akan semakin menghargai dan bersyukur atas segala nikmat yang telah diterimanya, serta menjauhkan diri dari sikap keserakahan dan ketidakpuasan.

 

 

Demikian penjelasan mengenai “Membara Semangat Beribadah: Petunjuk Hadis Nabi Saw untuk Kehidupan Penuh Syukur” Semoga berkah dan bermanfaat.

Apakah Anda butuh bimbingan untuk menunaikan ibadah haji dan umroh? Maka Pusat Pendaftaran Umroh adalah pilihan yang tepat. Pusat Pendaftaran Umroh merupakan Travel Haji dan Umroh yang profesional dan sudah berpengalaman.

Hubungi kami sekarang untuk mendapatkan penawaran terbaik untuk Anda.

Sumber: https://cariustadz.id/artikel/detail/hadis-nabi-saw-agar-semangat-beribadah-dan-mudah-bersyukur

Image: https://id.pinterest.com/pin/936819159972313462/

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *