Sang Pedang Allah: Perjalanan Hidup Khalid Bin Walid dari Pembenci Islam hingga Pahlawan Penakluk Suriah

Khalid Bin Walid berdoa kepada Allah agar meninggal dalam keadaan berperang atau mati syahid, namun Allah mentakdirkan dirinya meninggal di tempat tidurnya. Khalid bin Walid adalah salah satu panglima perang pada zaman Rasulullah. Beliau merupakan salah seorang sahabat nabi yang dijuluki Sang Pedang Allah karena kepiawaiannya dalam berperang.

Meskipun Khalid bin Walid tidak meninggal dalam pertempuran atau sebagai syahid seperti yang diinginkannya, namun kehidupan beliau dipenuhi dengan dedikasi yang tinggi terhadap agama Islam. Kontribusinya yang besar dalam menyebarkan dan mempertahankan Islam membuatnya dikenal sebagai salah satu komandan militer terkemuka dalam sejarah Islam.

Read More

Meski takdirnya berbeda dari doa awalnya, Khalid bin Walid tetap dikenang sebagai pahlawan Islam yang besar dan berperan penting dalam memperluas wilayah Islam pada masa Rasulullah SAW.

Ayahnya Khalid, yaitu Walid bin al-Mughirah, berasal dari Bani Makhzum, salah satu suku Quraisy yang paling kuat pada masa itu. Kedudukan keluarga Khalid di Makkah cukup tinggi karena keterkaitannya dengan suku Quraisy yang memiliki pengaruh besar. Khalid bin Walid juga memiliki hubungan keluarga dengan Rasulullah melalui jalur bibinya, yaitu Maimunah, yang merupakan salah satu istri Rasulullah.

Sebelum memeluk Islam, Khalid bin Walid dikenal sebagai seorang parajurit perang dari kaum kafir Quraisy. Ia memiliki taktik perang yang cerdas dan kontribusinya terlihat dalam keberhasilan kaum kafir Quraisy mengalahkan kaum Muslimin dalam perang Uhud pada tahun 625 Masehi. Sebelum mengikuti ajaran Islam, Khalid bin Walid termasuk salah satu individu yang memiliki ambisi untuk menghancurkan Nabi Muhammad dan agama Islam.

Akan tetapi, saat Perang Khandaq pada tahun 626 Masehi kaum kafir Quraisy mengalami kekalahan. Hal tersebut terjadi karena kecerdasan kaum Muslimin dalam menyusun strategi perang.

Para kaum muslimin menggali sebuah parit atas usul Salman Al Farisi, seorang pemuda dari Persia. Selain itu, Allah juga memberikan bantuan melalui badai yang sangat mengerikan, yang mengakibatkan kekacauan dan kerusakan besar pada perkemahan milik kaum kafir Quraisy.

Kekalahan kaum kafir Quraisy dalam perang Khandaq memiliki dampak tersendiri dalam diri Khalid bin Walid. Setelah kekalahan tersebut, Khalid bin Walid sering merasa gelisah dan mulai meyakini bahwa Rasulullah berada dalam lindungan dan perlindungan Allah. Peristiwa ini memicu perubahan dalam pandangan Khalid bin Walid terhadap Islam dan Rasulullah, yang akhirnya membawanya menuju jalan keimanan dan menyebabkan beliau merenung atas nasibnya sendiri.

Beliau juga bermimpi berada di suatu negeri yang tandus dan tertutup. Dalam mimpi tersebut, Khalid bin Walid berjalan hingga akhirnya menemukan sebuah padang rumput yang luas dengan lahan hijau yang subur. Mimpi ini menjadi titik penting dalam perjalanan kehidupan Khalid bin Walid, karena menginspirasinya untuk mendekatkan diri kepada Rasulullah dan menyatakan keislamannya.

Setelah bermimpi, Khalid bin Walid menemui Rasulullah tepat setelah perjanjian Hudaibiyah. Rasulullah menyambutnya dengan senang karena keyakinannya bahwa Allah akan memberikan hidayah kepada Khalid bin Walid. Dalam pertemuan tersebut, Khalid bin Walid juga meminta Rasulullah untuk memohonkan ampunan kepada Allah Swt atas semua perlawanan dan perbuatan ingkar yang pernah ia lakukan di masa lampau. Ini menunjukkan kerendahan hati dan penyesalan Khalid bin Walid terhadap perbuatan masa lalunya, serta niat tulusnya untuk bertaubat dan mendekatkan diri kepada Allah.

Setelah masuk Islam , Khalid bin Walid mendedikasikan dirinya untuk memerangi siapapun yang tidak mau atau mengingkari agama Islam. Beliau terlibat dalam beberapa peperangan antara lain, Perang Mu’tah, Pertempuran Hunain, Pengepungan Thaif, Pertempuran Tabuk.

Sedangkan peperangan terbesar yang dipimpin oleh Khalid adalah Penaklukan Suriah pada tahun 634 Masehi dan Perang Yarmuk, pertempuran melawan pasukan Romawi yang terjadi pada tahun 635 Masehi, masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Keberhasilan Khalid bin Walid dalam memimpin perang membuatnya dijuluki Saifullah, yang berarti Sang Pedang Allah.

Pada tanggal 18 Ramadhan tahun 21 Hijriyah, Khalid bin Walid wafat. Beliau selalu berdoa kepada Allah agar meninggal dalam keadaan berperang atau mati syahid, namun Allah memiliki takdir lain. Khalid bin Walid meninggal dengan tenang di tempat tidurnya. Beberapa orang mengatakan bahwa Sang Pedang Allah dimakamkan di Hims, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa beliau dimakamkan di Madinah.

 

 

 

Demikian penjelasan mengenai “Sang Pedang Allah: Perjalanan Hidup Khalid Bin Walid dari Pembenci Islam hingga Pahlawan Penakluk Suriah” Semoga berkah dan bermanfaat.

Apakah Anda butuh bimbingan untuk menunaikan ibadah haji dan umroh? Maka Pusat Pendaftaran Umroh adalah pilihan yang tepat. Pusat Pendaftaran Umroh merupakan Travel Haji dan Umroh yang profesional dan sudah berpengalaman.

Hubungi kami sekarang untuk mendapatkan penawaran terbaik untuk Anda.

Sumber: Sang Pedang Allah: Perjalanan Hidup Khalid Bin Walid dari Pembenci Islam hingga Pahlawan Penakluk Suriah

Image: https://id.pinterest.com/pin/50806302038833853/

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *