Hari kiamat pasti bakal terjadi. Namun, hanya Allah SWT yang tahu kapan hari kiamat akan berlangsung. Meski demikian, menurut hadits dari Abu Syuraihah Hudzaifah bin Usaid, kiamat akan terjadi setelah munculnya 10 tanda-tanda besar yang telah dijelaskan dalam ajaran agama Islam.
Rasulullah SAW bersabda:
“Kiamat tidak akan terjadi sebelum kalian melihat sepuluh tanda-tandanya: (1) terbitnya matahari dari barat, (2) asap, (3) binatang melata, (4) munculnya Ya’juj dan Ma’juj, (5) keluarnya Dajjal, (6) munculnya Isa bin Maryam, (7) tiga gerhana; gerhana di barat (8) gerhana di timur, (9) gerhana di Jazirah Arab, (10) api yang keluar dari dasar Aden yang menggiring manusia atau mengumpulkan manusia dan bersama mereka di mana saja berada.” (HR Muslim, Ahmad, dan lainnya. Ibnu Katsir mengatakan hadits ini shahih)
Saat hari kiamat terjadi, masih ada umat manusia yang hidup di Bumi. Dijelaskan dalam buku Kitab An-Nihayah fi al-Fitan wa al-Malahim karya Imam Ibnu Katsir yang diterjemahkan oleh Ali Nudrin, orang yang kelak menjumpai dahsyatnya hari kiamat adalah seburuk-buruknya manusia. Ini menggambarkan bahwa pada saat itu, manusia akan menghadapi akibat dari perbuatan buruk dan dosa-dosa yang mereka lakukan selama hidupnya.
Golongan Orang yang Akan Menjumpai Dahsyatnya Kiamat
Sebelumnya dijelaskan kalau orang yang kelak menjumpai dahsyatnya hari kiamat merupakan seburuk-buruknya manusia. Hal tersebut berdasarkan riwayat yang berasal dari Abdullah,
bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Kiamat itu tidak akan terjadi, kecuali pada seburuk-buruknya manusia.” (HR Ahmad dan dinilai shahih. Imam Muslim juga meriwayatkan dalam Shahih-nya).
Selain itu, ada golongan orang lainnya yang akan melihat langsung kekacauan saat hari kiamat kelak, yaitu:
Orang yang Tidak Mengingkari Kemungkaran
Imam Ibnu Katsir juga menyebut bahwa kiamat hanya terjadi pada orang-orang yang tidak mengingkari kemungkaran. Maksudnya, orang tersebut tidak mencegah orang lain ketika melihatnya melakukan kemungkaran dan hal berdosa lainnya.
Hal tersebut dijelaskan dalam sabda Nabi Muhammad SAW;
“Hingga tidak ucapkan Allah, Allah.”
Tidak Menyeru Pada yang Makruf
Selain itu, Imam Ibnu Katsir juga menyebut orang-orang yang tidak menyeru pada yang makruf akan menjumpai hari kiamat. Maksudnya, mereka adalah golongan orang yang tidak menyebutkan bahkan mengenal lagi nama Allah SWT. Hal ini dapat terjadi ketika zaman sudah rusak, banyak kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Kiamat tidak akan terjadi sampai bumi tidak diucapkan: La Ilaaha illallaah (tiada tuhan selain Allah).” (HR Ahmad)
Menurut Syaikh Hanafi Al-Mahlawi dalam Kitab Ayyamullah dan diterjemahkan oleh Yasir Maqosid, orang yang dimaksud dalam hal itu adalah orang-orang yang selama di dunia tidak disiksa namun ditangguhkan hingga hari kiamat terjadi. Disebutkan juga bahwa mereka akan digiring bersama para setan, karena sahabat-sahabat utama mereka selama di dunia adalah setan. Mereka itu adalah orang yang tidak menyembah Allah SWT.
Syaikh Hanafi Al-Mahlawi mengatakan;
“Mereka adalah orang-orang munafik yang telah berkomplot dalam urusan bermaksiat kepada Allah. Bahkan, sebagian di antara mereka menjadikan sesembahan-sesembahan selain Allah,”
Berperilaku Jelek dan Bodoh
Lalu, menurut hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amru, orang yang akan menjumpai hari kiamat adalah manusia yang berperilaku jelek dan bodoh. Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“…kemudian Allah SWT mengirimkan angin dingin dari arah Syam mencabut roh setiap orang yang berada di muka bumi yang memiliki iman walau sebiji sawi, sehingga sekalipun di antara kalian ada yang masuk ke dalam perut gunung, angin itu akan mengikutinya dan mengambil rohnya. Tinggallah di muka bumi manusia yang berperilaku jelek, bodoh seperti burung dan akalnya seperti binatang buas yang tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran.” (HR Muslim)
Tanda-tanda Hari Kiamat Sudah Dekat Menurut Hadits
Meninggalnya Sahabat Nabi
Ini merujuk pada masa ketika para sahabat Nabi Muhammad SAW, yakni orang-orang yang pernah bertemu atau tinggal bersama beliau, mulai meninggal satu per satu. Meninggalnya sahabat-sahabat Nabi adalah momen penting dalam sejarah Islam karena mereka adalah sumber utama pengetahuan tentang ajaran Islam yang diajarkan langsung oleh Nabi. Kehadiran mereka tidak hanya sebagai pengikut, tetapi juga sebagai saksi langsung terhadap ajaran, kehidupan, dan praktek Nabi. Kehilangan mereka secara berturut-turut menjadi tanda berakhirnya era yang disebut “al-Khulafā’ur-Rāsyidūn” (empat khalifah yang diberi petunjuk) dan merupakan awal dari masa transisi dalam sejarah Islam.
Penaklukan Baitul Maqdis
Penaklukan Baitul Maqdis (atau Jerusalem) merujuk pada peristiwa penting dalam sejarah Islam ketika kota suci ini dikuasai oleh umat Islam pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Penaklukan ini menandai perluasan wilayah kekuasaan Islam dan memiliki konsekuensi penting dalam sejarah politik dan agama. Selain menjadi bukti kekuatan militer yang memperkuat posisi kekhalifahan Islam, penaklukan Baitul Maqdis juga memberikan umat Islam akses ke salah satu tempat suci agama mereka, Al-Aqsa, yang memiliki nilai spiritual dan simbolis yang sangat besar.
Hal ini tidak hanya memperkuat keberadaan Islam di wilayah tersebut, tetapi juga memberikan momentum bagi penyebaran agama Islam di wilayah yang lebih luas. Selain itu, penaklukan ini juga memengaruhi dinamika politik dan hubungan antara Islam, Kristen, dan Yahudi dalam sejarah selanjutnya, membentuk landasan bagi perkembangan peradaban dan kebudayaan di wilayah tersebut.
Kematian Karena Penyakit Seperti Wabah Qu’ash
Ini mengacu pada masa ketika wabah penyakit menyebar di masyarakat, salah satunya adalah wabah qu’ash. Penyakit ini menciptakan tantangan besar bagi masyarakat pada saat itu dan mempengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk ekonomi, sosial, dan agama. Masyarakat pada masa itu sering kali tidak memiliki pengetahuan atau sumber daya medis yang memadai untuk menghadapi wabah tersebut, sehingga jumlah korban yang meninggal bisa sangat tinggi.
Selain dampak langsung pada kesehatan, wabah ini juga menyebabkan ketakutan dan kepanikan di antara penduduk, mengganggu perdagangan, produksi, dan sistem sosial yang sudah ada. Secara agama, wabah qu’ash memunculkan pertanyaan tentang keadilan ilahi dan hikmah di balik penderitaan, serta menantang keyakinan dan praktik keagamaan masyarakat pada saat itu.
Fitnah Mulai Merajalela
Fitnah dalam konteks ini bisa merujuk pada periode konflik, ketidakstabilan, atau ketegangan sosial yang meningkat. Fitnah sering kali terjadi dalam masyarakat setelah kematian Nabi Muhammad SAW, ketika terjadi persaingan politik dan perebutan kekuasaan. Saat itu, munculnya perbedaan pendapat tentang siapa yang berhak menjadi pemimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi menjadi pemicu konflik internal yang disebut sebagai fitnah.
Fitnah ini tidak hanya mencakup persaingan politik antar kelompok, tetapi juga mencakup aspek-aspek seperti konflik suku, perbedaan doktrin agama, dan klaim atas warisan dan kekayaan. Fitnah semacam ini sering kali menghasilkan kerusuhan, perpecahan, dan ketidakstabilan dalam masyarakat, yang pada gilirannya mempengaruhi perkembangan politik, sosial, dan agama umat Islam pada masa itu.
Manusia Mulai Berlomba-Lomba Membangun Gedung Tinggi
Ini bisa mengacu pada fenomena perkembangan arsitektur dan pembangunan gedung-gedung tinggi yang mewah dan megah. Hal ini mungkin mencerminkan kebangkitan kekayaan dan kemakmuran dalam masyarakat, tetapi juga bisa menjadi simbol kesombongan dan kelebihan yang tidak sehat. Gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi sering kali menjadi ikon modernitas dan kemajuan ekonomi suatu kota atau negara. Namun, dalam beberapa kasus, pembangunan ini juga mencerminkan disparitas sosial yang tajam, di mana sebagian kecil dari masyarakat mendapatkan manfaat besar dari kemakmuran sementara sebagian besar lainnya masih hidup dalam kemiskinan atau ketidaksetaraan.
Selain itu, pembangunan yang berlebihan dan tanpa batas dapat merusak lingkungan dan merugikan ekosistem alami, serta menyebabkan masalah sosial seperti gentrifikasi dan pengusiran masyarakat lokal dari tempat tinggal mereka. Sehingga, meskipun pembangunan ini bisa menjadi tanda kemajuan, penting untuk memperhatikan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan.
Menipisnya Ilmu Pengetahuan Dan Merajalelanya Kebodohan
Ini menyoroti penurunan minat dan perhatian terhadap ilmu pengetahuan serta meningkatnya tingkat kebodohan dalam masyarakat. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk konflik politik, perubahan sosial, dan prioritas yang berubah dalam masyarakat. Konflik politik yang terus menerus atau ketegangan antar golongan politik dapat mengalihkan perhatian dan sumber daya dari pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan ke agenda politik yang lebih mendesak.
Perubahan sosial seperti perubahan nilai-nilai budaya, penekanan pada kesenangan instan, atau kurangnya apresiasi terhadap pengetahuan yang mendalam juga dapat mengurangi minat masyarakat terhadap ilmu pengetahuan. Selain itu, perubahan dalam prioritas masyarakat, seperti peningkatan fokus pada hiburan dan konsumsi, juga dapat menyebabkan penurunan minat terhadap pendidikan dan pengetahuan. Semua faktor ini bersama-sama dapat menghasilkan masyarakat yang kurang terdidik dan kurang mampu mengatasi tantangan kompleks dalam dunia modern.
Demikian penjelasan mengenai “Tanda-Tanda Besar dan Implikasi bagi Manusia” Semoga berkah dan bermanfaat.
Apakah Anda butuh bimbingan untuk menunaikan ibadah haji dan umroh? Maka Pusat Pendaftaran Umroh adalah pilihan yang tepat. Pusat Pendaftaran Umroh merupakan Travel Haji dan Umroh yang profesional dan sudah berpengalaman.
Hubungi kami sekarang untuk mendapatkan penawaran terbaik untuk Anda.
Sumber: detikHikmah
Image: https://tinyurl.com/54mwm788