Allah SWT. menurunkan Al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia. Sebagai petunjuk hidup, Al-Quran akan senantiasa relevan bagi kehidupan manusia di setiap masa dan tempat.
Isi kandungan Al-Quran juga begitu lengkap, terdiri atas aqidah dan tauhid, ibadah, akhlak, hukum, sejarah atau kisah umat masa lalu, serta ilmu pengetahuan (sains) yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya.
Salah satu ilmu pengetahuan yang cukup menarik untuk dikaji dalam Al-Qur’an adalah tentang perikanan dan kelautan. Banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang keberadaan laut dan fenomena alamnya.
Dalam Al-Quran kata lautan lebih banyak disebut dibanding daratan. Kata “bahr” (laut) disebut sebanyak 32 ayat, sedangkan kata “barr” (darat) disebutkan 13 ayat. Terdapat 45 ayat bila kedua kata tersebut dijumlahkan, dan apabila diprosentasikan maka akan ditemukan angka 71,11% untuk kata laut dan 28,89% untuk kata darat.
Hal ini sesuai dengan kenyataan ilmiah bahwa sekitar 70% permukaan bumi adalah berupa lautan dan sisanya adalah daratan. Tentu ini semakin menegaskan bahwa tidak ada yang kebetulan di muka bumi, semua sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, Allah SWT.
Beberapa ayat Al-Quran tentang laut diantaranya terdapat pada Surat:
Al-A’raf:138
وَجَاوَزْنَا بِبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ الْبَحْرَ فَاَتَوْا عَلٰى قَوْمٍ يَّعْكُفُوْنَ عَلٰٓى اَصْنَامٍ لَّهُمْۚ قَالُوْا يٰمُوْسَى اجْعَلْ لَّنَآ اِلٰهًا كَمَا لَهُمْ اٰلِهَةٌۗ قَالَ اِنَّكُمْ
”Kami menyeberangkan Bani Israil (melintasi) laut itu (dengan selamat). Ketika mereka sampai kepada suatu kaum yang masih tetap menyembah berhala, mereka (Bani Israil) berkata, “Wahai Musa, buatlah untuk kami tuhan (berupa berhala) sebagaimana tuhan-tuhan mereka.” (Musa) menjawab, “Sesungguhnya kamu adalah kaum yang bodoh.””
Al-An’am: 63,
لْ مَنْ يُّنَجِّيْكُمْ مِّنْ ظُلُمٰتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ تَدْعُوْنَهٗ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةًۚ لَىِٕنْ اَنْجٰىنَا مِنْ هٰذِهٖ لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الشّٰكِرِيْنَ
“Siapakah yang dapat menyelamatkanmu dari berbagai kegelapan (bencana) di darat dan di laut, ketika kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah hati dan dengan suara yang lembut (dengan berkata), ‘Sungguh, jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.’”
Al-Baqarah:164,
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ
”Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang bahtera yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengannya Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering), dan Dia menebarkan di dalamnya semua jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.”
Al-Isra: 69,
اَمْ اَمِنْتُمْ اَنْ يُّعِيْدَكُمْ فِيْهِ تَارَةً اُخْرٰى فَيُرْسِلَ عَلَيْكُمْ قَاصِفًا مِّنَ الرِّيْحِ فَيُغْرِقَكُمْ بِمَا كَفَرْتُمْۙ ثُمَّ لَا تَجِدُوْا لَكُمْ عَلَيْنَا بِهٖ تَبِيْعًا ٦٩
“kamu merasa aman bahwa Dia tidak akan mengembalikanmu ke laut sekali lagi, lalu mengirimkan angin topan kepadamu dan menenggelamkanmu disebabkan kekufuranmu, kemudian kamu tidak akan mendapati seorang penolong pun dalam menghadapi (siksaan) Kami?”
Al-Furqan: 53,
وَهُوَ الَّذِيْ مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَّهٰذَا مِلْحٌ اُجَاجٌۚ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَّحِجْرًا مَّحْجُوْرًا
“Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar serta segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.”
An-Naml: 61,
مَّنْ جَعَلَ الْاَرْضَ قَرَارًا وَّجَعَلَ خِلٰلَهَآ اَنْهٰرًا وَّجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًاۗ ءَاِلٰهٌ مَّعَ اللّٰهِۗ بَلْ اَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَۗ ٦١
“Apakah (yang kamu sekutukan itu lebih baik ataukah) Zat yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, menjadikan gunung-gunung untuk (mengukuhkan)-nya, dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah ada tuhan (lain) bersama Allah? Sebenarnya kebanyakan mereka tidak mengetahui.”
Ar-Rahman: 19,
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيٰنِۙ
“Dia membiarkan dua laut (tawar dan asin) bertemu.”
Ar-Rum: 41,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ ٤١
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Asy-Syura: 32,
وَمِنْ اٰيٰتِهِ الْجَوَارِ فِى الْبَحْرِ كَالْاَعْلَامِۗ ٣٢
“Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah kapal-kapal yang berlayar di laut seperti gunung-gunung.”
Fatir: 12,
وَمَا يَسْتَوِى الْبَحْرٰنِۖ هٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ سَاۤىِٕغٌ شَرَابُهٗ وَهٰذَا مِلْحٌ اُجَاجٌۗ وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُوْنَ لَحْمًا طَرِيًّا وَّتَسْتَخْرِجُوْنَ حِلْيَةً تَلْبَسُوْنَهَاۚ وَتَرَى الْفُلْكَ فِيْهِ مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ١٢
“Tidak sama (antara) dua laut: yang ini tawar, segar, dan mudah diminum serta yang lain sangat asin. Dari masing-masing itu kamu dapat memakan daging yang segar dan dapat mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Di sana kamu melihat bahtera (berlayar) membelah (lautan) agar kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan agar kamu bersyukur.”
Yunus: 90,
وَجَاوَزْنَا بِبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ الْبَحْرَ فَاَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُوْدُهٗ بَغْيًا وَّعَدْوًاۗ حَتّٰىٓ اِذَآ اَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ اٰمَنْتُ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا الَّذِيْٓ اٰمَنَتْ بِهٖ بَنُوْٓا اِسْرَاۤءِيْلَ وَاَنَا۠ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ ٩٠
“Kami jadikan Bani Israil bisa melintasi laut itu (Laut Merah). Lalu, Fir‘aun dan bala tentaranya mengikuti mereka untuk menganiaya dan menindas hingga ketika Fir‘aun hampir (mati) tenggelam, dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada tuhan selain (Tuhan) yang telah dipercayai oleh Bani Israil dan aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri kepada-Nya).””
Dari banyaknya ayat tentang laut dalam Al-Quran tersebut, terdapat satu ayat yang menjadi inspirasi pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan secara mendasar, yaitu pada Surat An-Nahl : 14, diantaranya:
وَهُوَ الَّذِيْ سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوْا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَّتَسْتَخْرِجُوْا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُوْنَهَاۚ وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl : 14)
Ayat ini cukup fenomenal dan dapat dijadikan landasan filosofis dalam menggali potensi perikanan dan kelautan untuk kesejahteraan manusia. Dalam Surat An-Nahl ayat 14, ada 5 hal penting yang bisa dijadikan inspirasi untuk pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan.
Inspirasi Pertama
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan).”
Tafsir dari potongan ayat tersebut, menurut Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah adalah ‘Allah menundukkan lautan bagi kalian agar kalian dapat memakan daging yang lembut dan nikmat dari ikan dan sejenisnya’.
Semua jenis hewan di laut termasuk ikan yang ada di dalamnya telah dijamin kehalalannya. Begitu istimewanya ikan ini hingga bangkai ikanpun juga halal. Seperti ditegaskan dalam Al-Qur’an,
Surat Al-Maidah ayat 96, diantaranya;
اُحِلَّ لَـكُمۡ صَيۡدُ الۡبَحۡرِ وَطَعَامُهٗ مَتَاعًا لَّـكُمۡ وَلِلسَّيَّارَةِ ۚ
“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan.” (QS. Al Maidah: 96).
Kemudian juga disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah;
“Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut adalah ikan dan belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan limpa.” (HR. Ibnu Majah no. 3314)
Keistimewaan ikan lainnya adalah sebagai sumber protein hewani yang memiliki kandungan gizi sangat baik, yaitu: memilki protein yang tinggi dan asam amino yang baik, penyedia lemak baik bagi tubuh (asam lemak tidak jenuh, EPA dan DHA), sumber vitamin (vitamin A, B1, B2, dan D), serta sumber mineral yang baik bagi tubuh (zat besi, yodium, selenium, dan zink).
Dengan kandungan gizi ikan yang sangat baik tersebut, maka ikan menjadi salah satu makanan favorit bagi penduduk seluruh dunia. Kebutuhan pangan dunia yang terus meningkat setiap tahunnya tetap membutuhkan ketersediaan ikan yang sangat besar, karena sebagai salah satu bahan makanan untuk mencukupi kebutuhan protein bagi manusia.
Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) melaporkan, bahwa pada Tahun 2021 angka konsumsi ikan secara global sebanyak 180,07 juta metrik ton. Angka tersebut meningkat 1,02% dibandingkan rata-rata konsumsi tahun 2018-2020 yang sebesar 178,3 juta metrik ton.
Dan di tahun 2030, angka konsumsi ikan dunia diprediksi mencapi 200,6 juta metrik ton.
Menurut worldatlas.com, ada 5 negara yang memiliki jumlah konsumsi ikan tinggi per tahunnya, yaitu China (2,04 juta ton), Myanmar (1,50 juta ton), Vietnam (1,15 juta ton), Jepang (730.783 ton), dan India (486.967 ton).
Sedangkan Indonesia berada diurutan no.9 dengan jumlah 135.624 ton per tahun. Saat ini China menjadi negara penghasil ikan laut terbesar di dunia dan sekaligus juga menjadi negara yang terbesar jumlah konsumsi ikannya.
Ikan maupun hewan akuatik lainnya yang terdapat di laut dapat dimanfaatkan oleh manusia dengan 3 jenis usaha perikanan, yaitu perikanan tangkap, perikanan budidaya (akuakultur), dan pengolahan ikan. Sudah jutaan orang yang terlibat secara langsung dalam usaha perikanan tersebut.
Melihat begitu besarnya potensi perikanan ini, maka manusia juga terus mengembangkan teknologi untuk menggali potensi tersebut. Dan yang lebih penting dalam pengelolaannya harus berkelanjutan, yaitu memperhatikan aspek ekologi, ekonomi dan sosial, agar sumberdaya tersebut tetap bisa dinikmati oleh generasi berikutnya.
Inspirasi Kedua
“dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai”.
Menurut Tafsir Al-Wajiz karya Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili adalah ‘Kamu juga dapat mengeluarkan berbagai perhiasan yang dapat kamu pakai berupa mutiara dan marjan dari lautan itu.’
Selama ini perhiasan dari lautan yang paling populer adalah kerang Mutiara, meskipun ada juga perhiasan dari terumbu karang. Peruntukannya pun juga berbagai macam, bisa dijadikan kalung, cincin, gelang, dan lainnya.
Pasar mutiara dunia saat ini didominasi oleh empat jenis, yaitu: 1) Mutiara Laut Selatan (South Sea Pearl) yang diproduksi oleh Indonesia, Filipina, Myanmar dan Australia, 2) Mutiara air tawar (Fresh Water Pearl) yang diproduksi oleh China, 3) Mutiara Akoya (Akoya Pearl) yang diproduksi oleh China dan Jepang, dan 4) Mutiara Hitam (Black Pearl) yang diproduksi dari Tahiti.
Dengan kemampuan kecerdasannya, manusia telah mengembangkan teknologi untuk memanfaatkan kerang mutiara ini menjadi perhiasan yang bernilai tinggi. Saat ini yang masih menjadi primadona adalah jenis Mutiara Laut Selatan dengan keindahan kilau cahayanya. Mutiara ini didapat dari jenis kerang Pinctada maxima yang dibudidayakan dalam waktu 2-3 tahun, dan bisa mencapai harga diatas 2,5 juta per butirnya.
Indonesia merupakan produsen Mutiara Laut Selatan terbesar di dunia, dengan produksi mencapai 70 persen dari total produksi global. Beberapa alasan mengapa Indonesia menjadi produsen terbesar Mutiara Laut Selatan diantaranya lingkungan perairan yang mendukung, keanekaragaman hayati, serta pengalaman dan keteRamapilan dalam budidaya kerang mutiara yang sudah lama dilakukan.
Menurut data BPS 2022 yang diolah oleh Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), mencatat bahwa ekspor mutiara Indonesia mencapai 44,4 juta dolar pada 2021. Dengan sentra budidaya mutiara tersebar di Provinsi Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, dan Papua.
Inspirasi Ketiga
“dan kamu melihat bahtera berlayar padanya”.
Penjelasan dari potongan ayat tersebut, menurut Tafsir Al-Mukhtashar (Markaz Tafsir Riyadh) adalah ‘Kamu melihat kapal-kapal membelah ombak lautan, kalian menaiki perahu-perahu untuk mencari karunia Allah berupa laba perdagangan’.
Di sini Allah SWT telah memberikan pesan secara eksplisit, bahwa manusia dengan kecerdasannya telah melahirkan teknologi kapal laut sebagai transportasi utama untuk perdagangan. Hampir semua kegiatan ekspor-impor perdagangan dunia skala besar dilakukan melalui alat transportasi kapal laut.
Selain itu, kapal laut juga digunakan untuk transportasi penumpang umum antar pulau maupun antar negara serta untuk kapal penangkapan ikan.
Dalam konteks di Indonesia, berdasarkan laporan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jumlah armada kapal laut di Indonesia sebanyak 72.313 unit pada 2021. Data BPS 2023 mencatat, selama Januari – Agustus 2023, jumlah penumpang mencapai 13,2 juta orang atau naik 11,81 persen dibanding dengan periode yang sama tahun 2022, sementara jumlah barang yang diangkut naik 9,78 persen atau mencapai 230,7 juta ton.
Kemudian nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 291,90 miliar pada 2022. Sebanyak 95,4% dari total nilai ekspor Indonesia pada 2022 dimuat dengan menggunakan moda transportasi laut, Tercatat, nilai ekspor melalui transportasi laut mencapai US$ 278,86 miliar atau naik 27,20% dari tahun sebelumnya. Begitulah inspirasi dari ayat ini, yang akhirnya menjadikan transportasi laut menjadi jantung aktivitas perdagangan internasional.
Ayat tentang kapal dan bahtera di laut juga terdapat pada Surat:
Asy Syura: 32,
فَاَلْقٰى عَصَاهُ فَاِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُّبِيْنٌۚ
“Maka, dia (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba ia (tongkat itu) menjadi ular besar yang nyata.”
Ar Rahman: 24,
وَلَهُ الْجَوَارِ الْمُنْشَاٰتُ فِى الْبَحْرِ كَالْاَعْلَامِۚ ٢
“Milik-Nyalah (bahtera) buatan manusia yang berlayar di laut laksana gunung-gunung.”
Ibrahim: 32,
اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْۚ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِى الْبَحْرِ بِاَمْرِهٖۚ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْاَنْهٰرَ ٣٢
“Allahlah yang telah menciptakan langit dan bumi, menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan (air hujan) itu Dia mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Dia juga telah menundukkan kapal bagimu agar berlayar di lautan dengan kehendak-Nya. Dia pun telah menundukkan sungai-sungai bagimu.”
Al Hajj: 65,
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ وَالْفُلْكَ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِاَمْرِهٖۗ وَيُمْسِكُ السَّمَاۤءَ اَنْ تَقَعَ عَلَى الْاَرْضِ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
“Tidakkah engkau memperhatikan bahwa Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan kapal yang berlayar di laut dengan perintah-Nya. Dia menahan (benda-benda) langit sehingga tidak jatuh ke bumi, kecuali dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang kepada manusia.”
Al Baqarah: 164,
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ ١٦٤
“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang bahtera yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengannya Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering), dan Dia menebarkan di dalamnya semua jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.”
Al Israa’: 66,
رَبُّكُمُ الَّذِيْ يُزْجِيْ لَكُمُ الْفُلْكَ فِى الْبَحْرِ لِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖۗ اِنَّهٗ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا ٦٦
“Tuhanmulah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu agar kamu mencari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penyayang terhadapmu.”
Al Jatsiyah: 12,
اَللّٰهُ الَّذِيْ سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيْهِ بِاَمْرِهٖ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَۚ ١٢
“Allahlah yang telah menundukkan laut untukmu agar kapal-kapal dapat berlayar di atasnya dengan perintah-Nya, agar kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur.”
Inspirasi Keempat
“dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya”.
Berdasarkan Tafsir Kementerian Agama RI dinyatakan, ‘Dan Dia menundukkan laut agar kamu dapat memanfaatkannya dan mencari rezeki dari sebagian karunia-Nya yang terdapat di sana.’
Menurut Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir karya Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah dikatakan, ‘agar kalian dapat berdagang dengannya sehingga kalian mendapatkan keuntungan yang merupakan bagian dari karunia Allah.’
Pesan ayat ini sangat kuat tentang Maha Kuasanya Allah, agar manusia dapat memanfaatkan potensi laut yang begitu besarnya untuk mendatangkan rezeki dan kemakmuran umat manusia.
Adanya potensi laut ini kemudian muncullah aktivitas bidang kemaritiman yang meliputi: transportasi dan perhubungan laut, pelabuhan laut, perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri bioteknologi, pariwisata bahari, serta energi dan mineral lepas pantai.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia tentu berpeluang untuk menjadi poros maritim dunia. Hal ini telah ditegaskan dalam Buku Besar Maritim Indonesia Seri 5 tentang Industri dan Ekonomi Maritim (2019), bahwa Indonesia adalah salah satu negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia dengan potensi pesisir sebesar Rp 650 triliun, bioteknologi Rp 480 triliun, perikanan Rp 380 triliun, minyak bumi Rp 252 triliun, transportasi laut Rp 240 triliun, dan wisata bahari sebesar Rp 24 triliun per tahun.
Inspirasi Kelima
“dan supaya kamu bersyukur.”
Menurut Tafsir Al-Muyassar (Kementerian Agama Saudi Arabia) dinyatakan, ‘Dan mudah-mudahan kalian mensyukuri Allah atas besarnya kenikmatanNya kapada kalian, sehingga tidak menyembah selainNya.’ Kemudian dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah dikatakan, ‘kalian dapat bersyukur kepada Tuhan kalian dengan perkataan dan perbuatan atas segala kenikmatan yang tidak terhitung ini.’ An-Nahl ayat 14 ini ditutup dengan pesan yang dalam maknanya.
Ketika manusia sudah dapat memanfaatkan potensi perikanan dan kelautan untuk mendatangkan rezeki baginya, maka jangan lupa untuk bersyukur atas nikmat yang telah dianugerahkan-Nya. Allah telah memberikan kepada hambaNya hal hal yang menjadi kemaslahatan dan kepentingan mereka, bahkan melebihi apa yang mereka cari dan lebih tinggi daripada sesuatu yang mereka harapkan.
Sebagai bentuk rasa syukur, maka sudah selayaknya manusia memanfaatkan dan mengelola potensi laut ini dengan bijak dan bertanggungjawab agar bisa berkelanjutan (sustainable). Sehingga perlu menjadi renungan bersama dari ayat ini;
فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman: 13)
Demikian penjelasan mengenai “Al-Quran Dapat Menjadi Sumber Ilmu Dan Pedoman Hidup Yang Luas Dan Mendalam, Terutama Dalam Konteks Perikanan Dan Kelautan” Semoga berkah dan bermanfaat.
Apakah Anda butuh bimbingan untuk menunaikan ibadah haji dan umroh? Maka Pusat Pendaftaran Umroh adalah pilihan yang tepat. Pusat Pendaftaran Umroh merupakan Travel Haji dan Umroh yang profesional dan sudah berpengalaman.
Hubungi kami sekarang untuk mendapatkan penawaran terbaik untuk Anda.
Image: Pinterest