Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh umat Muslim yang mampu. Mampu yang dimaksud baik dari segi biaya, fisik, dan waktu. Menurut bahasa, haji berarti mengunjungi suatu tempat, sedangkan dalam konteks agama Islam, Haji adalah perjalanan spiritual yang melibatkan serangkaian ritual yang dilaksanakan di Kota Makkah, termasuk berada di Padang Arafah, melakukan tawaf di sekitar Ka’bah, serta melontar jumrah.
Sedangkan dalam Islam, Haji dipahami sebagai mengunjungi Kabah dengan maksud beribadah kepada Allah pada waktu yang telah ditentukan dan dengan cara tertentu pula. Tujuan dari Ibadah Haji adalah:
- Untuk menegakkan tauhid agar senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah
- Menunjukkan kesatuan umat Islam
- Mengingat kisah-kisah dan teladan para nabi yang terkandung dalam ritual-ritual haji tersebut.
Ibadah Haji terbilang istimewa, karena hanya dapat dilaksanakan di Tanah Suci Mekkah dan di waktu bulan Zulhijah. Setiap tahun, jutaan umat Muslim dari seluruh dunia datang ke Mekkah dengan tujuan untuk beribadah Haji. Ibadah Haji pertama kali diperintahkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim pula yang dipercaya oleh Allah untuk membangun Kabah bersama putranya, Nabi Ismail, di Mekkah.
Ka’bah adalah rumah ibadah pertama sekaligus kiblat bagi umat Muslim yang terletak di Mekkah, tepatnya di tengah-tengah Masjidil Haram. Setelah selesai membangun Ka’bah, Allah SWT. memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyeru kepada manusia agar melaksanakan Ibadah Haji sebagai bentuk ketaatan dan penghambaan kepada-Nya.
Nabi Ibrahim kemudian naik ke sebuah bukit di selatan Ka’bah atau Jabal Qubays, sembari menyerukan perintah Ibadah Haji dari Allah. Setelah itu, Malaikat Jibril mengajak Nabi Ibrahim dan menunjukkan Bukit Shafa, Marwah, hingga perbatasan Tanah Haram, untuk diletakkan batu-batu. Sejak saat itu, Nabi Ibrahim melaksanakan Ibadah Haji sesuai tata cara yang diajarkan kepadanya, setiap tahun hingga kematiannya. Ritual ibadah haji terus dilanjutkan oleh putranya, Nabi Ismail, dan menjadi tradisi yang diwariskan kepada umat Islam sebagai bagian dari rukun Islam yang kelima.
Seiring berjalannya waktu sepeninggal Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, tata cara dan tujuan Ibadah Haji banyak diubah oleh bangsa Arab. Mereka menyekutukan Allah dengan patung dan berhala yang ditempatkan di sekitar Ka’bah ataupun di Tanah Haram. Bahkan, ketika waktu haji, suasana Ka’bah lebih menyerupai sirkus. Syiar-syiar haji berubah menjadi tepuk tangan, suara orang bersiul, dan riuh suara trompet. Proses ibadah yang seharusnya penuh ketenangan dan khusyuk menjadi terdistorsi oleh praktik-praktik yang menyimpang dari ajaran tauhid yang dianut oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Tidak hanya itu, pada ritual kurban, darah hasil penyembelihan hewan kurban disiramkan ke Ka’bah. Tradisi yang jauh menyimpang dari ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Isa ini berlangsung selama lebih dari 2.000 tahun. Diperbarui oleh Nabi Muhammad, tradisi menyimpang masyarakat Arab jahiliyah baru berubah setelah datangnya Nabi Muhammad, nabi terakhir yang diutus Allah.
Pada masa kenabiannya, Nabi Muhammad diutus untuk memperbarui syariat Nabi Ibrahim dan meluruskan kekeliruan tradisi masyarakat Arab jahiliyah yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Ia mengajarkan kembali prinsip tauhid dan menyerukan agar umat Islam menjauhi praktik-praktik syirik dan bid’ah yang telah merasuk dalam ibadah haji dan kurban.
Pada masa Nabi Muhammad, Ka’bah dikembalikan sebagai tempat suci hamba Allah. Berhala-berhala di Ka’bah dihancurkan dan ritual haji yang benar pada masa Nabi Ibrahim dikembalikan. Pada masa Nabi Muhammad, semua ritual pra-Islam yang menyimpang dihapus dan tujuan Haji yang sebenarnya, yakni menegakkan tauhid agar senantiasa tunduk dan patuh kepada Allah, kembali ditekankan. Sebagian ahli menyebut bahwa ibadah haji diwajibkan pada tahun 6 Hijriah atau sekitar 627 Masehi.
Sedangkan Nabi Muhammad melaksanakan ibadah haji untuk pertama kalinya pada 9 Hijriah. Sebenarnya, Nabi Muhammad telah berangkat Haji pada 6 Hijriah, tetapi gagal melaksanakannya karena terhalang kaum kafir Quraisy. Akhirnya, setelah dilakukan Perjanjian Hudaibiah, Nabi dapat melaksanakan umrah pada 7 Hijriah dan ibadah haji pada 9 Hijriah.
Semasa hidupnya, Nabi Muhammad naik Haji sebanyak satu kali dan umrah empat kali. Sejak saat itu, setiap bulan Zulhijah, umat Muslim akan berbondong-bondong menuju Baitullah untuk melaksanakan Ibadah Haji. Seiring perkembangan zaman dan pertambahan jumlah jemaah Haji, berbagai fasilitas terus dibangun, dan pemerintah Arab mengorganisir calon jemaah Haji dari berbagai negara.
Sejak saat itu, setiap bulan Zulhijah, umat Muslim akan berbondong-bondong menuju Baitullah untuk melaksanakanIbadah Haji. Seiring perkembangan zaman dan pertambahan jumlah jemaah Haji, berbagai fasilitas terus dibangun, dan pemerintah Arab mengorganisir calon jemaah haji dari berbagai negara.
Demikian penjelasan mengenai “Ibadah Haji: Perjalanan Spiritual Menuju Kesucian dan Kesatuan Umat Islam” Semoga berkah dan bermanfaat.
Apakah Anda butuh bimbingan untuk menunaikan ibadah haji dan umroh? Maka Pusat Pendaftaran Umroh adalah pilihan yang tepat. Pusat Pendaftaran Umroh merupakan Travel Haji dan Umroh yang profesional dan sudah berpengalaman.
Hubungi kami sekarang untuk mendapatkan penawaran terbaik untuk Anda.
Sumber: Ibadah Haji: Perjalanan Spiritual Menuju Kesucian dan Kesatuan Umat Islam