Memperkuat ibadah di malam yang mulia ini tentunya menjadi rebutan bagi seluruh umat muslim. Ditambah lagi dengan keutamaan yang akan didapatkan. Untuk bertemu dengan Lailatulqadar tidaklah mudah tentunya membutuhkan ibadah yang ekstra pula untuk meraihnya.
Maka dari itu Rasulullah SAW menganjurkan untuk melakukan amalan-amalan ibadah khusus seperti yang dilakukannya. Diantaranya:
Menghidupkan Malam-Malam Ramadan
Merujuk pada tindakan-tindakan yang dilakukan untuk menjadikan malam-malam Ramadan lebih bermakna, penuh keberkahan, dan diisi dengan ibadah yang intensif. Ini adalah konsep yang sangat ditekankan dalam Islam karena malam-malam Ramadan dianggap sebagai waktu yang istimewa, di mana pahala ibadah dilipatgandakan dan di mana kemungkinan untuk mendapatkan Lailatulqadar, malam penuh kemuliaan, sangat tinggi.
ماعلمته صلى الله عليه وسلم قام ليلة حتى الصباح
”Aku selalu menyaksikan beliau beribadah selama Ramadan hingga menjelang subuh.”
Dijelaskan pada Shahih Muslim yang diriwayatkan oleh aisyah bahwa pada malam yang istimewa ini Rasulullah SAW menghidupkan malamnya dengan memperkuat ibadah hingga menjelang Subuh.
Membangunkan Keluarga Untuk Salat Malam
Praktek Rasulullah SAW pada malam-malam istimewa, seperti Lailatulqadar, di mana beliau tidak hanya beribadah sendirian tetapi juga melibatkan keluarganya dalam ibadah. Tindakan Rasulullah SAW untuk membangunkan keluarganya untuk melaksanakan salat malam menunjukkan bahwa beliau tidak hanya peduli dengan keselamatan dan keberkahan dirinya sendiri, tetapi juga dengan keberkahan dan keselamatan spiritual keluarganya.
Melibatkan keluarga dalam ibadah adalah tindakan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Ini menunjukkan pentingnya berbagi nilai-nilai agama dan beribadah bersama-sama sebagai keluarga. Dengan mengajak keluarganya untuk beribadah di malam-malam istimewa, Rasulullah SAW memberikan contoh tentang pentingnya memperhatikan keselamatan spiritual dan keberkahan bagi seluruh keluarga.
Secara keseluruhan, maksud dari kalimat tersebut adalah bahwa Rasulullah SAW tidak hanya beribadah sendirian di malam-malam istimewa, tetapi juga aktif melibatkan keluarganya dalam ibadah tersebut, menunjukkan pentingnya berbagi nilai-nilai agama dan memperhatikan keselamatan spiritual keluarga dalam menjalankan amalan di malam-malam yang penuh kemuliaan.
قام بهم ليلة ثلاث وعشرين وخمس وعشرين ذكر أنه دعا أهله ونساءه ليلة سبع وعشرين خاصة
“Bahwasanya Rasulullah SAW beserta keluarganya bangun (untuk beribadah) pada malam 23, 25, 27. Khususnya pada malam 29.”
Dijelaskan pada hadis Abi Dzar di atas begitu istimewanya malam itu sehingga Rasulullah SAW membangunkan segenap keluarganya untuk melakukan ibadah di 10 malam terakhir Ramadan agar bisa meraih Lailatulqadar.
Memburu Kenikmatan Ibadah
Sikap dan praktek spiritual yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW selama 10 malam terakhir Ramadan, yang menekankan kesungguhan dalam beribadah dan menjauhkan diri dari hawa nafsu. Dalam konteks ini mengacu pada upaya keras dalam mencari keutamaan dan keberkahan ibadah, khususnya di malam-malam terakhir Ramadan yang diyakini mengandung Lailatulqadar, malam penuh kemuliaan.
Dalam konteks tersebut, Rasulullah SAW menjalankan itikaf, yaitu mengisolasi diri di dalam masjid atau tempat ibadah lainnya untuk beribadah dan merenung secara intensif. Dengan mengencangkan ikat pinggang dan menjauhkan diri dari tempat tidur, beliau menunjukkan kesungguhan dan tekad untuk fokus sepenuhnya pada ibadah, serta menghindari gangguan atau godaan hawa nafsu yang mungkin muncul.
Penting untuk dicatat bahwa menjauhkan diri dari berhubungan badan dengan istrinya selama itikaf adalah bagian dari kesungguhan Rasulullah SAW dalam beribadah di malam-malam terakhir Ramadan. Ini menunjukkan pengorbanan dan komitmen beliau dalam mencari keberkahan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan meninggalkan kesenangan duniawi untuk sementara waktu.
Hal ini berlandaskan hadis berikut;
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر شد مئزره، وأحيا ليله وأيقظ أهله
“Bahwa Rasulullah saw ketika memasuki sepuluh terakhir malam Ramadan beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan (beribadah) malam itu dan membangunkan keluarganya.”
Puasa Wishal
Puasa wishal adalah praktik puasa yang dilakukan dengan cara melanjutkan puasa tanpa berbuka hingga setelah Magrib pada hari berikutnya yang merupakan salah satu bentuk ibadah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW selama 10 malam terakhir Ramadan. Dengan melakukan puasa ini, Nabi Muhammad SAW menunjukkan ketekunan dan kesungguhan dalam menjalankan ibadah, terutama di malam-malam yang dianggap istimewa seperti Lailatulqadar.
Puasa wishal adalah cara untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menahan diri dari makan dan minum lebih lama dari puasa biasanya. Dengan demikian, puasa ini menjadi salah satu bentuk pengorbanan dan pengabdian kepada Allah SWT serta menjadi sarana untuk mendapatkan keberkahan dan ampunan di malam-malam terakhir Ramadan.
Namun puasa ini tidak dianjurkan untuk umatnya seperti dijelaskan pada hadis sebagai berikut;
وروي عنه من حديث عائشة وأنس أنه صلى الله عليه وسلم :”كان في ليالي العشر يجعل عشاءه سحوراً
“Namun puasa wishal ini hanya boleh dilakukan oleh Rasulullah SAW tidak oleh umatnya.”
Mandi dan Membersihkan Diri
Persiapan untuk menyambut malam yang istimewa, yaitu Lailatulqadar (Malam Kemuliaan). Dalam praktik ini, Nabi Muhammad SAW melakukan mandi dan membersihkan diri secara khusus. Mandi ini bisa dimaknai sebagai persiapan spiritual dan fisik untuk menghadapi momen yang sakral.
Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga menggunakan pakaian yang rapi dan wewangian ketika akan melaksanakan salat Isya. Hal ini menunjukkan pentingnya memperindah diri dan mempersiapkan diri secara khusus untuk menyambut momen ibadah yang istimewa seperti Lailatulqadar. Tindakan ini mencerminkan kesungguhan dan kekhusyukan dalam menjalankan ibadah serta menghormati ketetapan agama.
Secara keseluruhan, maksud dari kalimat tersebut adalah untuk menekankan pentingnya persiapan dan kekhusyukan dalam menyambut malam-malam terakhir Ramadan, khususnya Lailatulqadar, dengan melakukan tindakan-tindakan yang dapat meningkatkan kualitas ibadah dan koneksi spiritual dengan Allah SWT.
Itikaf
Itikaf adalah praktik di mana seorang Muslim menarik diri dari urusan dunia untuk beribadah secara intensif di dalam masjid atau tempat ibadah lainnya, dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Itikaf biasanya dilakukan pada 10 hari terakhir dari bulan Ramadan, ketika umat Islam percaya bahwa malam Lailatulqadar (Malam Kemuliaan) terjadi. Lailatulqadar adalah malam yang sangat istimewa dalam Islam karena dalam malam tersebut diyakini turunnya wahyu pertama Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW.
Praktik itikaf ini dianggap sebagai ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam karena membantu umat Muslim untuk fokus dalam ibadah, merenungkan makna kehidupan, dan memperkuat hubungan spiritual dengan Allah SWT. Melalui itikaf, umat Muslim berharap dapat mendapatkan keberkahan, pengampunan, dan meraih Lailatulqadar, yang dianggap sebagai malam di mana amal baik dilipatgandakan pahalanya.
Memperbanyak Salat Malam (Qiyamul Lail) dan Tahajjud
Menekankan pentingnya melaksanakan salat malam, terutama tahajjud, sebagai bagian dari ibadah yang dianjurkan dalam Islam. Salat malam, atau qiyamul lail, adalah salat yang dilakukan di malam hari, biasanya setelah tidur sejenak. Salah satu bentuk salat malam yang paling dianjurkan adalah tahajjud, yang dilakukan setelah bangun tidur pada malam hari untuk beribadah kepada Allah SWT.
Dengan memperbanyak salat malam dan tahajjud, seorang muslim menunjukkan ketekunan dan kesungguhan dalam ibadah, serta kesungguhan dalam mencari keridhaan Allah SWT. Praktik ini membantu meningkatkan kualitas spiritual dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Terutama selama 10 malam terakhir Ramadan, memperbanyak salat malam dan tahajjud dianggap sebagai cara yang efektif untuk mencari Lailatulqadar, malam penuh berkah yang terjadi di salah satu dari malam-malam tersebut.
Jadi, memperbanyak salat malam dan tahajjud merupakan bentuk ibadah yang dianjurkan dalam Islam, terutama sebagai bagian dari upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperoleh keberkahan-Nya, serta mencari keridhaan-Nya, khususnya selama bulan Ramadan.
Rasulullah SAW bersabda,;
“Sebaik-baik salat setelah salat wajib adalah salat malam.”
Memperbanyak Dzikir Dan Doa Kepada Allah SWT
Dzikir (pengingatan kepada Allah) dan doa merupakan cara atau sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan untuk memperoleh keberkahan serta rahmat-Nya.
Memperbanyak dzikir dan doa selama 10 malam terakhir Ramadan membantu meningkatkan kekhusyukan dan kebersamaan dengan Allah SWT. Ini karena dzikir dan doa adalah bentuk komunikasi langsung antara hamba dengan Sang Pencipta. Dengan memperbanyak dzikir dan doa, seseorang menunjukkan kerinduannya kepada Allah SWT, mengekspresikan rasa syukur, memohon ampunan, memohon petunjuk, dan menegaskan kepatuhan serta ketergantungan kepada-Nya.
Selama 10 malam terakhir Ramadan, di mana kemungkinan besar terdapat Lailatulqadar, meningkatkan kegiatan dzikir dan doa menjadi lebih penting karena malam-malam tersebut dipercaya memiliki keberkahan dan kemurahan Allah yang lebih besar. Dengan merayakan kebersamaan dengan Allah melalui dzikir dan doa, seseorang dapat menemukan kedamaian batin dan memperoleh keberkahan serta rahmat-Nya.
Jadi, dzikir dan doa selama 10 malam terakhir Ramadan bukan hanya sekadar amalan rutin, tetapi merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT secara lebih dalam, merasakan kekhusyukan spiritual, dan mengalami kebersamaan yang lebih erat dengan-Nya.
Menurut QS. Al-A’raf ayat 205 berbunyi;
وَاذْكُرْ رَّبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً وَّدُوْنَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ وَلَا تَكُنْ مِّنَ الْغٰفِلِيْنَ 205
“Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah.”
Meningkatkan Amal Ibadah
Meningkatkan amal ibadah selama 10 malam terakhir Ramadan adalah suatu upaya untuk mendapatkan keberkahan dan ampunan dari Allah SWT. Salah satu bentuk amal ibadah yang ditekankan adalah berbuat baik kepada sesama, seperti bersedekah. Hal ini penting karena bersedekah merupakan manifestasi dari rasa kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama manusia.
Dengan meningkatkan amal ibadah dan berbuat baik kepada sesama selama 10 malam terakhir Ramadan, seorang muslim berharap dapat mendapatkan ridha dan ampunan dari Allah SWT. Bersedekah tidak hanya bermanfaat bagi penerima sedekah, tetapi juga membantu meningkatkan hubungan sosial, menunjukkan sikap empati dan kepedulian terhadap kebutuhan orang lain, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mengamalkan ajaran-Nya tentang kasih sayang dan kebaikan terhadap sesama.
Dengan demikian, meningkatkan amal ibadah dan berbuat baik kepada sesama selama 10 malam terakhir Ramadan bukan hanya sebagai bentuk ibadah, tetapi juga sebagai wujud penghayatan nilai-nilai agama yang mengutamakan keberkahan, ampunan, dan rasa kasih sayang terhadap sesama.
Adapun hadits yang menekankan pentingnya bersedekah, seperti hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim, di mana Rasulullah SAW bersabda;
“Sedekah itu dapat memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api.”
Demikian penjelasan mengenai “Meraih Keberkahan Malam-Malam Ramadan: Amalan-Amalan Rasulullah SAW yang Menjadi Teladan” Semoga berkah dan bermanfaat.
Apakah Anda butuh bimbingan untuk menunaikan ibadah haji dan umroh? Maka Pusat Pendaftaran Umroh adalah pilihan yang tepat. Pusat Pendaftaran Umroh merupakan Travel Haji dan Umroh yang profesional dan sudah berpengalaman.
Hubungi kami sekarang untuk mendapatkan penawaran terbaik untuk Anda.
Sumber: https://tinyurl.com/4u3fd383
Image: https://tinyurl.com/27xdx89a