Panduan Hidup dari Isra’ Mi’raj: Kebenaran Islam, Kekuasaan Allah, dan Tugas Sebagai Khalifah

Isra’ Mi’raj yang terjadi pada 27 Rajab tahun kesebelas kenabian (622 M) adalah peristiwa bersejarah dalam kehidupan Rasulullah yang sarat dengan makna dan pelajaran. Peristiwa ini memberikan panduan bagi kehidupan seorang muslim, dan oleh karena itu, peringatan dan pengingatan atas mukjizat ini dianggap penting. Dengan merenungkan peristiwa ini, umat Islam dapat menemukan banyak pengajaran, hikmah, dan contoh kehidupan yang menjadi panduan bagi mereka dalam mencapai kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.

Di antara makna kehidupan dan pengajaran serta panduan hidup yang dapat kita petik dari peristiwa tersebut adalah sebagai berikut :

Read More

Bukti Kebenaran Ajaran Islam

Isra’ Mi’raj adalah mukjizat Allah kepada Rasulullah ﷺ sebagai bukti kebenaran ajaran Islam. Peristiwa ini mengukuhkan keyakinan bahwa Tuhan itu Allah, dengan perjumpaan Nabi Muhammad ﷺ dengan Allah. Selain itu, Isra’ Mi’raj juga memvalidasi keberadaan malaikat, balasan surga dan neraka, tujuh langit, Sidratul Muntaha, lauh al mahfudz, dan Arsy, sebagai bagian dari alam ghaib yang dilihat oleh Nabi Muhammad ﷺ. Ini menjadi bukti konkret terhadap ajaran Islam, memperkuat keyakinan dalam hal-hal yang berkaitan dengan alam ghaib.

Pengakuan Kebesaran Tuhan

Isra’ Mi’raj menunjukkan bahwa dengan kekuasaan Allah, manusia dapat melakukan hal yang dianggap mustahil, seperti perjalanan Nabi Muhammad ﷺ dari Makkah ke Palestina dan naik ke langit ke tujuh, yang terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Peristiwa ini membuktikan kekuasaan dan kebesaran Allah yang dapat diberikan kepada manusia beriman, mengajarkan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah yang memiliki segala kekuasaan dan alam semesta.

Penguasaan Sumber Daya Alam

Masjid al Aqsha, tempat bumi para nabi seperti Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, menggambarkan kekuasaan dan kekayaan. Nabi Daud, dengan keahliannya dalam industri besi, menjadi raja, sedangkan Nabi Sulaiman mempunyai kekayaan dan kepandaian dalam komunikasi. Dalam konteks Isra Mi’raj, hal ini menunjukkan bahwa seorang muslim harus mampu menguasai dunia dan seluruh permukaan bumi, mirip dengan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, namun dengan menjaga kesucian dan tunduk kepada Allah.

Tugas Manusia Sebagai Khalifah Allah

Isra’ Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad ﷺ dari Masjidil Haram ke Masjid al Aqsha, yang menggambarkan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi. Perjalanan ini menjadi simbol bahwa umat Muhammad harus mampu menjadi khalifah dengan menguasai dan mengatur dunia dari tempat berpijak hingga ke tempat yang paling jauh di muka bumi.

Kesucian Diri,  Kekuatan Iman, dan Ilmu

Sebelum Nabi Muhammad ﷺ menaiki Bouraq, hatinya dibasuh dan diisi dengan iman, ilmu, dan hikmah. Peristiwa ini memberikan pelajaran bahwa umat Muhammad harus mengisi dirinya dengan iman, ilmu, dan hikmah sebelum berusaha menguasai dunia. Penyucian hati yang diisi dengan iman, ilmu, dan hikmah menjadi kunci keberhasilan manusia muslim dalam melaksanakan tugas sebagai khalifah. Sebaliknya, manusia yang menguasai teknologi tetapi tanpa iman, ilmu, dan hikmah akan terdampar oleh hawa nafsu dan lain sebagainya.

Penguasaan Teknologi

Nabi memilih dan membersihkan hatinya, kemudian naik Bouraq menuju Baitul Maqdis, sebuah lambang teknologi sebagai alat untuk menguasai dunia, sebab penguasaan alam dan penjelajahan bumi memerlukan alat. Kejayaan di dunia dengan teknologi dan alat, serta kejayaan di akhirat dengan amal ibadah seperti shalat, yang merupakan Mi’raj bagi seorang mukmin. Oleh karena itu, masyarakat muslim diwajibkan menguasai sains dan teknologi sebagai bagian dari tugas sebagai khalfah Allah.

Memilih yang terbaik

Setelah disisi dengan iman, Nabi diberi sebuah pilihan dimana disodorkan antara 2 pilihan, apakah minum arak atau susu. Dan pilihan yang diambil oleh Nabi adalah memilih susu. Ini menggambarkan jika manusia telah diberi iman, dibersihkan hatinya, maka dia akan memilih sesuatu yang baik untuk keperluan hidupnya, baik makanan, minuman, pakaian, dan lain sebagainya. Tetapi jika tidak ada ilmu, dan tiada iman maka manusia akan memilih yang enak bukan yang fithrah (suci), sebab dia akan memilih karena hawa nafsu, karena kesenangan bukan karena iman.

Memimpin dalam Segala Bidang

Dalam Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad diangkat sebagai imam shalat dengan seluruh Nabi yang lain menjadi makmum, sebab Nabi Muhammad ﷺ adalah pemimpin semua Rasul (Sayyidul Mursalin). Peristiwa ini menggambarkan bahwa seorang muslim sepatutnya dengan Isra’ Mi’raj dapat menjadi pemimpin dalam segala bidang profesi, pemimpin segala zaman, dan pemimpin dunia akhirat. Seorang muslim harus dapat membuktikan dirinya lebih baik dan lebih cemerlang dari yang lain, baik dalam bidang spiritual, pemimpin dalam ekonomi, pemimpin dalam ilmu pengetahuan, pemimpin dalam teknologi, pemimpin dalam seluruh bidang kehidupan, sebab seorang muslim adalah imam (pemimpin) bagi masyarakat dunia.

Kebahagian Bagi Mereka yang Berbuat Baik

Dalam perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad ﷺ diperlihatkan ganjaran orang yang berbuat baik seperti pahala bagi orang yang jihad di jalan Allah yang digambarkan bahwa orang yang berbuat baik akan mendapat balasan yang berlipat ganda yang digambarkan dengan mendapat hasil tanaman berulang kali. Gambaran ini memberikan keyakinan bahwa orang yang berbuat baik di dunia pasti akan mendapatkan balasan pahala dan kebahagian berlipat ganda di akhirat.

Kesengsaraan Bagi Mereka yang Berbuat Keji

Dalam Isra’ Mi’raj juga digambarkan bahwa setiap orang yang melakukan kesalahan akan mendapatkan siksaan atas perbuatan yang dilakukannya, baik perbuatan yang berkaitan dengan ritual ibadah, seperti meninggalkan shalat, tidak berzakat, berzina, maupun dalam kejahatan dalam bidang sosial, seperti memfitnah, mencaci, menghina, sombong, dan lain sebagainya. Siksaan itu bukanlah khayalan tetapi suatu kepastian sebab semuanya telah disaksikan oleh Rasulullah dalam Isra’ Mi’raj yang dilakukannya.

Tidak Terpengaruh dengan Godaan

Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj juga dapat diambil pelajaran bahwa orang yang berjaya di dunia dan di akhirat adalah mereka yang dapat mudah terpengaruh dengan segala bentuk godaan keimanan dan godaan nafsu keduniaan, sebagaimana digambarkan bagaimana Nabi Muhammad ﷺ dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj, beliau tidak terpengaruh oleh panggilan dan seruan baik dari sebelah kiri dan sebelah kanan, dan juga dari panggilan perempuan yang cantik di depannya, tetapi Nabi terus berjalan menuju tujuan yaitu Masjid al-Aqsha.

Jibril berkata bahwa pangilan kanan dan kiri itulah panggilan dari Nasrani dan Yahudi, dan panggilan perempuan itu merupakan godaan dunia. Seorang muslim harus waspada dalam perjalanan hidup menuju Allah, sebab dia akan mendapat panggilan dan godaan dari kanan, kiri, depan, belakang, baik godaan keimanan maupun godaan dunia.

Menjalin Silaturahmi dan Komunikasi

Dalam Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad ﷺ berjumpa dengan Nabi-nabi yang lain seperti Nabi Adam, Nabi Isa, Yahya, Idris, Yusuf, Harun, Musa, Ibrahim. Ini memberikan pelajaran kepada kita untuk tetap menjalin kemunikasi dan silaturahmi dengan semua orang.

Walaupun Nabi Muhammad ﷺ menjadi imam dan penghulu semua Nabi, tetapi dia tetap menghargai Nabi-nabi yang lain, dan tetap berkomunikasi dan bersilaturahmi dengan mereka semua. Hal ini mengajarkan pentingnya menjaga hubungan baik dan silaturahmi, meskipun seseorang memiliki posisi atau kedudukan yang tinggi.

Menerima Nasehat dengan yang Berpengalaman

Nabi Muhammad ﷺ, setelah menerima perintah shalat, berjumpa dan mendapatkan nasehat dari Nabi Musa, sebab Nabi Musa lebih dahulu berpengalaman dengan umatnya. Nabi Muhammad ﷺ menerima nasehat dari Nabi Musa, tidak berkomunikasi dengan Nabi Ibrahim yang berada di langit ke tujuh, tetapi dengan Nabi Musa. Hal ini disebabkan karena Nabi Musa lebih berpengalaman dalam menghadapi umat Bani ‘Israel’ yang terkenal dengan sikap susah diatur.

Pengajaran yang dapat diambil dari situ adalah bagi setiap muslim yang mempunyai pengalaman untuk memberikan nasehat kepada orang lain. Ini juga menjadi pengajaran bagi setiap pemimpin untuk menerima nasehat dari orang yang berpengalaman. Nabi Muhammad ﷺ, walaupun dia Sayidul Mursalin (Pemimpin Seluruh Nabi), masih menerima nasehat dari Nabi Musa, sebab Nabi Musa sudah lebih berpengalaman dalam memimpin masyarakatnya.

Menjadikan Shalat sebagai Inti Kehidupan

Dalam Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad ﷺ diwajibkan shalat dalam sehari semalam, sehingga segala kesibukan dunia harus dapat ditujukan hanya untuk ibadah kepada Allah. Sebab itu, shalat diwajibkan dari pagi sampai malam dalam waktu yang berlainan, sehingga setiap saat manusia harus tetap berhubungan, berkonsultasi, meminta perlindungan, dan petunjuk kepada Allah.

Kesibukan kerja dan kehidupan dunia tidak boleh melupakan kewajiban kepada Allah, dan seluruh kekuasaan serta kekayaan harus dapat menjadikan ibadah kepada Allah, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Daud. Walaupun dia menguasai dunia dengan teknologi besi, beliau meninggal dalam keadaan sujud kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Nabi Sulaiman, meskipun diberi kekuasaan dan kekayaan yang melimpah, membuat makhluk tunduk kepadanya; namun, dalam kehidupannya, selalu mengajak kepada ketauhidan kepada Allah yang menciptakan semua makhluk..

 

 

Demikian penjelasan mengenai “Panduan Hidup dari Isra’ Mi’raj: Kebenaran Islam, Kekuasaan Allah, dan Tugas Sebagai Khalifah” Semoga berkah dan bermanfaat.

Apakah Anda butuh bimbingan untuk menunaikan ibadah haji dan umroh? Maka Pusat Pendaftaran Umroh adalah pilihan yang tepat. Pusat Pendaftaran Umroh merupakan Travel Haji dan Umroh yang profesional dan sudah berpengalaman.

Hubungi kami sekarang untuk mendapatkan penawaran terbaik untuk Anda.

Sumber: Panduan Hidup dari Isra’ Mi’raj: Kebenaran Islam, Kekuasaan Allah, dan Tugas Sebagai Khalifah

Image: detikcom

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *