Mereka menyadari bahwa Ramadhan merupakan kesempatan langka yang tidak boleh disia-siakan, karena di dalamnya terdapat berkah dan ampunan yang melimpah dari Allah SWT. Sehingga, mereka mengisi waktu-waktu di bulan ini dengan berbagai ibadah, dzikir, tilawah Al-Quran, dan berbagai amalan saleh lainnya dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan.
Dengan demikian, mereka berusaha memperoleh manfaat sebanyak mungkin dari momentum berharga ini, serta mencontohi keteladanan Rasulullah SAW dan para sahabat yang juga sangat semangat dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Mereka menganggap setiap detik di bulan ini sangat berharga dan merupakan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT serta memperbaiki diri secara spiritual.
Adapun persiapan ulama dari 6 bulan hinggan 2 bulan, yaitu:
6 Bulan Persiapan
Mereka menyusun rencana-rencana yang terperinci untuk memastikan bahwa setiap momen di bulan Ramadhan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Rencana tersebut meliputi jadwal ibadah harian, target-target spiritual yang ingin dicapai, serta strategi untuk mengatasi tantangan-tantangan yang mungkin muncul selama bulan yang penuh berkah ini. Dengan tekad yang kuat dan persiapan yang matang, para ulama memastikan bahwa mereka dapat menjalani Ramadhan dengan penuh ketaatan dan pengabdian kepada Allah SWT.
Mereka merindukan kehadiran Ramadhan bukan hanya sebagai kewajiban ibadah, tetapi juga sebagai kesempatan untuk mendapatkan berkah dan keberkatan yang melimpah. Sehingga, setiap doa yang mereka panjatkan merupakan ungkapan dari kerinduan yang mendalam untuk menyambut kedatangan bulan suci tersebut. Dengan penuh harap dan pengharapan, mereka mengawali persiapan dan ibadah dengan semangat yang membara, menantikan datangnya bulan yang penuh berkah dan ampunan dari Allah SWT.
Disampaikan oleh al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali;
“Sebagian salaf berkata bahwa mereka berdoa selama enam bulan agar sampai pada bulan Ramadhan.” (Latha`if al-Ma’arif, hal 376).
2 Bulan Sebelum Ramadhan
Misalnya, dua bulan sebelumnya, yakni pada Rajab dan Sya’ban, merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dengan bulan Ramadhan. Di bulan Rajab, mereka mulai memperbanyak puasa sunnah sebagai persiapan fisik dan spiritual, serta memperbanyak dzikir dan istighfar untuk membersihkan hati.
Sedangkan di bulan Sya’ban, mereka menambah intensitas ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Quran dan berdoa, sebagai bentuk peningkatan persiapan menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan. Dengan demikian, setiap momen dan bulan sebelum Ramadhan mereka manfaatkan secara maksimal untuk meraih keberkahan dan keberlimpahan di bulan yang mulia tersebut.
Abu Bakr al-Warraq al-Balkhi berkata;
“Bulan Rajab adalah bulan menyemai, bulan Sya’ban bulan untuk menyiram semaian, sedangkan bulan Ramadhan adalah bulan menuai tanaman.”
Pernyataan dari al-Balkhi;
“Perumpamaan bulan Rajab semisal angin, sedangkan permisalan bulan Sya’ban seperti awan yang mengandung air, dan permisalan bulan Ramadhan seperti hujan.”
Ada pula sebagian ulama yang berkata;
“Tahun itu bagaikan sebuah pohon. Bulan Rajab adalah waktu bersemi, bulan Sya’ban adalah waktu bercabang, sedangkan bulan Ramadhan adalah waktu memetik. Dan orang Mukmin adalah pemetiknya.” (Latha`if al-Ma’arif, hal 234).
Pernyataan para ulama di atas menggambarkan, keadaan seorang Muslim di bulan Rajab dan Sya’ban akan menentukan keadaannya di bulan Ramadhan. Bulan-bulan itu berkaitan erat.
Di bulan Rajab dan Sya’ban, doa agar sampai pada bulan Ramadhan tetap dilakukan. Ada sebuah Hadits yang masyhur:
Diriwayatkan dari Anas, ia berkata;
“Rasulullah jika memasuki Rajab berkata, ‘Ya Allah, berkahilah untuk kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikan kami kepada Ramadhan.’” (Riwayat Ahmad).
Al-Hafizh Ibnu Rajab menghukumi Hadits ini isnadnya dhaif, namun kemudian ia berkata, yang artinya;
“Dan di Hadits ini terkandung dalil atas disunnahkannya berdoa di waktu-waktu yang memiliki keuatamaan, agar bisa memperoleh amalan shaleh di dalamnya.” (Latha`if al-Ma’arif, hal 234).
Kebiasaan Imam Taqiyuddin, di kala datang bulan Rajab, beliau tidak pernah keluar dari rumah kecuali untuk melakukan shalat wajib, dan hal itu terus berjalan hingga Ramadhan tiba. Dengan menjaga diri di dalam rumah, beliau memanfaatkan waktu dengan lebih baik untuk meningkatkan ibadah, refleksi, dan introspeksi diri sebagai persiapan menghadapi bulan suci Ramadhan.
Tindakan ini menunjukkan betapa pentingnya memanfaatkan waktu sebelum Ramadhan untuk menyiapkan diri secara fisik dan spiritual, sehingga ketika bulan Ramadhan tiba, mereka sudah siap untuk menyambutnya dengan penuh kesiapan dan kesungguhan.
Demikian penjelasan mengenai “Persiapan dan Manfaat Berharga dari Bulan Ramadhan: Pembelajaran dari Ulama” Semoga berkah dan bermanfaat.
Apakah Anda butuh bimbingan untuk menunaikan ibadah haji dan umroh? Maka Pusat Pendaftaran Umroh adalah pilihan yang tepat. Pusat Pendaftaran Umroh merupakan Travel Haji dan Umroh yang profesional dan sudah berpengalaman.
Hubungi kami sekarang untuk mendapatkan penawaran terbaik untuk Anda.
Sumber: Hidayatullah
Image: https://tinyurl.com/26wxk8te